Perlu diingat bahwa Gussow (1955) dan Welte (1964) berpendapat bahwa migrasi primer justru bisa dimulai pada kedalaman 500 m,dan berakhir apabila porositas mendekati kisaran 5 - 10 %, kira-kira pada kedalaman 3000 - 6000 m. Dalam hal ini bolehlah kita berikan catatan, bahwa masih adanya 35 % porositas belum berarti adanya permeabilitas, yang dalam serpih pada umumnya sangat kecil sekali nilainya.
Pada stadium pertama, minyakbumi atau zat organik diperas keluar dalam bentuk koloid atau 'micelle' (Baker, 1962). Maka 'timing' dari adanya batuan reservoir dan perangkap pada waktu ini penting untuk adanya akumulasi minyakbumi. Minyakbumi yang telah terbentuk tidak perlu berkumpul dalam batuan reservoir, dapat tersebar, asal jangan terperas kembali ke permukaan sedimentasi. Oleh karena itu adanya batuan reservoir pada waktu ini lebih penting, sedangkan saluran permeabel seperti bidang ketidakselarasan dapat bertindak sebagai penyalur. Tidaklah mustahil bahwa perangkap stratigrafi telah terbentuk pada waktu ini dalam bentuk lensa-lensa pasir, pembajian, terumbu koral, dan lain-lain. Hal ini terbukti pula dari penyelidikan Kidwell dan Hunt (1958) pada sedimen resen di delta pedernales, dimana tekanan hidrostatik meningkat ke arah lensa-lensa pasir dan ke arah ketidakselarasan. Kemungkinan sekali sebagian besar hidrokarbon yang terbentuk, kembali diperas keatas ke dalam laut. Setelah penangkapan/penjebakan dalam batuan reservoir pembentukan perangkap struktur di kemudian hari, dapat terjadi remigrasi dan redistribusi minyakbumi. Rupa-rupanya pada stadium ini mekanisme penjebakan (trapping mechanism) terutama adalah secara stratigrafi (lensa-lensa pasir, pembajian, dan sebagainya). Hal seperti ini didapatkan untuk Red Wash field di negara bagian Utah, sedangkan pelipatan kemudian hanya menyebabkan penyesuaian kembali (re-ad justment) saja.
Teori pembentukan segera ini yang dipelopori oleh Levorsen (1958), merupakan teori yang banyak diterima di Amerika Serikat, karena cocok dengan kenyataan bahwa hidrokarbon terdapat dalam sedimen Resen. Perlu dicatat bahwa disini ada perbedaan dengan hidrokarbon pada minyakbumi. Juga seperti diketahui, teori ini cocok dengan argumentasi bahwa pembentukan minyakbumi merupakan proses temperatur rendah. Dalam hal ini, mekanisme transformasi kemungkinan besar disebabkan aktifitas bakteri (Zobel, 1945), ataupun tanpa mekanisme tertentu, hidrokarbon yang serupa dengan yang terdapat dalam minyakbumi dibentuk pula dalam siklus hidup normal dari banyak tumbuhan dan hewan. Akumulasi jasad yg tak terhingga banyaknya ini, segera setelah sedimentasi siap untuk dikonsentrasikan dan diawetkan.
Menurut Levorsen (1958), zat organik/hidrokarbon yang jatuh dalam lingkungan oksidasi akan membentuk pirobitumina, sedangkan dalam lingkungan reduksi terbentuk minyakbumi. Perlu dicatat bahwa menurut Barbat (1967), dilingkungan reduksi terbentuk minyakbumi yang aspaltis. Implikasi teori ini ialah tidak diperlukannya migrasi jarak jauh, dan untuk serpih yang normal bertindak sebagai batuan induk tidak diperlukan ciri tertentu, misalnya harus kaya akan zat organik dan lain-lain. Sebagai konsekuensinya, banyak keadaan yg memaksakan untuk menerima sedimen fasies non-marin sebagai sumber minyakbumi. Memang dalam hal ini Hedberg (1968) pernah memberikan suatu daftar yg memperlihatkan bahwa banyak akumulasi minyakbumi di dunia yg bersifat parafin berat selalu berasosiasi dengan sedimen non-marin, atau setidak-tidaknya dekat pantai. Sebagai contoh misalnya, Red Wash field (Utah, A.S) dan di nigeria. Di Indonesia dapat dicatat bahwa minyakbumi parafin Minas (lapangan CALTEX), Talang Akar (sumatera selatan) dan tanjung (kalimantan selatan) terdapat dalam formasi yg jelas non-marin atau setidak-tidaknya berafiliasi secara non-marin.
Mengenai pembentukan segera ini, setidak-tidaknya waktu pengeluaran minyakbumi dari batuan induk, mendapat perhatian kembali dari Wilson (1975). Walaupun bukti-bukti geokimia untuk pembentukan lambat dari minyakbumi cukup meyakinkan, ia menunjuk kembali akan bukti-bukti geologi dari lapangan-lapangan minyak di dunia sebagaimana di kumpulkan oleh Weeks (1960) dan Hedberg (1964) yg menunjukan secara sangat meyakinkan bahwa migrasi dan akumulasi minyakbumi terjadi dalam jangka waktu yg pendek dan tidak lama setelah penguburan batuan induk dan reservoir.maka waktu pembentukan/pengeluaran hidrokarbon dan batuan induknya ini dianggap Wilson (1975) sebagai suatu paradox untuk para geologist dan para geokimiawan. Bukti-bukti untuk pembentukan segera didapatkan dari derajat pemancungan suatu struktur tua, urutan diagenesa di dalam dan di luar kolom hidrokarbon, dan terutama dari akumulasi yg merupakan perangkap sistem tertutup, antara lain perangkap-perangkap lensa akumulasi dalam olistolit.