Thursday, August 5, 2010

PROSES TRANSFORMASI ZAT ORGANIK MINYAK BUMI diajukan beberapa pendapat :

DEGRADASI TERMAL
Kalau sedimen mengalami penimbunan dan pembebanan, maka tekanan dan temperatur akan meningkat. Pengaruh tekanan rupanya tidak seberapa besar (Hawley, 1930; Van Tuyl dan Blackburn, 1925). Temperatur merupakan faktor penting. Percobaan pemanasan kerogen berhasil membentuk minyak bumi, tetapi memerlukan temperatur sangat tinggi (400' C). Hal ini bertentangan dengan adanya porfirin (temperatur rendah) didalam kerogen. Akhir-akhir ini faktor temperatur dikemukakan kembali oleh Welte (1964) dan Phillipi (1965), yang menganggap bahwa proses transformasi merupakan degradasi termal yang mencakup dekarboxilasi. Diperhitungkan bahwa faktor temperatur tinggi dapat diganti dengan faktor waktu. Apabila dihitung dengan persamaan Arrhenius, maka pada temperatur 50' - 180' dekarboxilasi memerlukan satu juta tahun; sedangkan proses "cracking" untuk membentuk 100' - 160'. Teori degradasi termal ini banyak dianut oleh para ahli geokimia, dan merupakan teori yang diterima secara meluas, bahkan diterapkan langsung dalam explorasi.

REAKSI KATALIS
Sesuai dengan yang berlangsung di dalam kilang minyak, "cracking" terjadi pada temperatur rendah dan berjalan lebih cepat apabila menggunakan lempung sebagai katalisator (asam silikat) (Brooks, 1954). Sanggahan terhadap proses ini menyatakan bahwa kontak langsung tidak terjadi antara zat-zat bersangkutan, karena terdapat selaput lendir air yang menghalangi (Landes, 1965).

RADIOAKTIFITAS
Penelitian yg telah dilakukan oleh Whitehead (1954) membuktikan kemampuan pembentukan hidrokarbon minyak bumi dari zat organik. Misalnya, bombardemen asam lemak oleh partikel-partikel alpha membentuk hidrokarbon parafin. Dari hasil yg diperoleh terdapat beberapa keberatan yaitu
1. Kemana hilangnya hidrogen sedangkan justru terjadi kebalikannya yaitu seharusnya hidrogen bertambah
2. Hasil yg diperoleh secara kuantitatif tak cukup
3. Terdapatnya serpih hitam tak kaya minyak, akan tetapi mengandung banyak pirobitumina, sedangkan serpih hitam ini kaya akan zat radioaktif
4. Porfirin tak akan tahan.
Sebetulnya sumber radioaktif cukup banyak terdapat dalam formasi : U, Th dan K40, terutama yg disebut terakhir ini. Serpih biasanya mengandung lebih banyak zat radioaktif, terutama serpih hitam; hal mana diterapkan pada log radioaktifitas.

AKTIVITAS BAKTERI (mikrobiokimia)
Penelitian mengenai kegiatan bakteri banyak dilakukan oleh Zobell (1945). Bakteri mempunyai potensi besar dalam proses pembentukan hidrokarbon minyak bumi dan memegang peranan dari sejak matinya zat organik sampai pada waktu diagenesa. Pada umumnya aktifitas bakteri menimbulkan dan mengintensifkan lingkungan yg mereduksi, sehingga setidak-tidaknya menyiapkan milieu terbentuknya minyak bumi (Welte, 1964). Berbagai percobaan laboratorium ternyata menunjukan hasil positif, sedangkan bakteri diketahui ditemukan pada kedalaman ribuan meter dibawah permukaan.

TANPA SESUATU PROSES TERTENTU
Levorsen (1958) berpendapat bahwa organisme membentuk hidrokarbon sebagai bagian dari proses metabolisme dalam siklus hidupnya yang normal. Hidrokarbon ini jika terkumpul akan cukup banyak untuk merupakan cadangan minyak bumi yang kita ketahui. Juga minyak bumi dari rembesan dari zaman-zaman yg lampau mungkin diendapkan kembali, dan menambah cadangan yang telah ada. Gagasan ini didukung oleh Meinschein (1959, 1961) dan Baker (1969), mereka mengatakan bahwa zat-zat yg menyerupai minyak bumi telah ada dalam zat organik dan hanya membutuhkan sedikit modifikasi untuk berubah menjadi minyak bumi.