Data tersebut akan lebih detail bila dilengkapi dengan data penilaian formasi. Data data penilaian formasi tersebut dapat berupa hasil data core, log, analisa fluida formasi, dan well test.
Drilling log merupakan suatu teknik pencatatan data yang teridiri dari metode driller’s log, mud log, dan analisa cutting. Pada prinsipnya driller’s log merupakan suatu catatan tentang sumur yang harus dibuat oleh drilller secara kronologis terhadap kedalaman lubang bor, terutama mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan proses pengeboran minyak atau gas.
Dengan Driller’s log ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk perencanaan pemboran berikutnya. Mud log merupakan penyelidikan secara kontinyu untuk menentukan adanya kandungan minyak atau gas berdasarkan hasil sirkulasi saat pemboran berlangsung. Dari hasil sirkulasi lumpur pemboran tersebut kita akan dapat menentukan minyak menggunakan prinsip fluroensi bila disinari sinar ultra violet. Gas juga bisa dihitung melalui gas cromatograf setelah gas dipisahkan melalui gas agitator. Dan terakhir, analisa cutting dapat dilakukan untuk menentukan tanda tanda adanya minyak atau gas dan juga diskripsi lithologi batuan. Analisa cutting dilakukan tiap interval kedalaman tertentu. Dari analisa cutting ini dibuat korelasi antara hasil diskripsi sampel dengan kedalaman.
Metode logging pada dasarnya adalah suatu operasi yang bertujuan untuk mendapatkan sifat-sifat fisik batuan reservoir sebagai fungsi kedalaman lubang bor yang dinyatakan dalam bentuk grafik. Operasi ini menggunakan suatu instrument khusus (sonde) yang diturunkan kedalam lubang bor menggunakan kabel (wire line) pada saat lubang bor terisi fluida pemboran.
Tujuan logging adalah menentukan besaran-besaran fisik dari batuan reservoir yang didasarkan pada sifat fisik batuan reservoir itu sendiri. Di dalam pemilihan kombinasi logging, log dibagi menjadi Lithologi tool, resistivity tool, dan porosity tool.
Yang dimaksud dengan dengan coring adalah suatu operasi pengambilan contoh batuan formasi (core) dengan menggunakan peralatan khusus. Operasi ini dapat dilakukan pada saat pemboran berlangsung maupun setelah pemboran selesai. Hal inilah yang kemudian membedakan operasi pengambilan core menjadi dua, yakni Bottom Hole Coring dan Side Wall Coring. Dari analisa core ini, kita akan mendapatkan parameter parameter dari sifat fisik batuan, seperti porositas, permeabilitas, saturasi, dan tekanan kapiler.
Well test yang biasanya dilakukan pada saat pemboran eksplorasi adalah DST (drill stem test). DST merupakan suatu metode well test dengan menggunakan gauge/EMR (Electric Memory Recording) dan drill pipe sebagai penghantarnya. Pada kegiatan DST dapat diperoleh harga parameter-parameter seperti laju alir (q) dan tekanan saat sumur mengalir (Pwf). Dari data parameter tersebut maka komplesi sumur dapat didesign. Setelah komplesi sumur selesai maka dapat dilakukan PBU (pressure build up) test. PBU test merupakan well test yang menggunakan prinsip pressure build up dengan cara menutup sumur. Dari PBU test dapat diperoleh parameter-parameter seperti tekanan reservoir saat statik (Ps), permeabilitas formasi (k), dan luas daerah pengurasan (ri).
Semua informasi yang didapat pada dasarnya adalah untuk menentukan adanya hidrokarbon pada suatu formasi, dengan kata lain memastikan ada atau tidaknya lapisan produktif di suatu formasi. Dari semua data yang sudah didapatkan dari pemboran eksplorasi dan pemboran deliniasi tersebut, kita dapat mengolahnya dan menggunakannya sebagai langkah awal kegiatan pengembangan lapangan dengan pemboran pengembangan.
Pemboran adalah suatu kegiatan atau pekerjaan membuat lubang dengan diameter dan kedalaman yang sudah ditentukan. Dalam pembuatan lubang untuk mencapai kedalaman tertentu tersebut, yang harus diperhatikan adalah mempertahankan ukuran diameter lubang. Dalam perencanaannya, suatu proses pemboran dibagi menjadi 4 tahap, antara lain :
• PEMBORAN EKSPLORASI
Pemboran sumur-sumur yang dilakukan untuk membuktikan ada tidaknya hidrokarbon serta untuk mendapatkan data-data bawah permukaan sebanyak mungkin.
• PEMBORAN DELINIASI
Pemboran sumur-sumur yang bertujuan untuk mencari batas-batas penyebaran migas pada lapisan penghasilnya.
• PEMBORAN PENGEMBANGAN
Pemboran sumur yang akan difungsikan sebagai sumur-sumur produksi.
• PEMBORAN SUMUR-SUMUR SISIPAN (INFILL)
Pemboran sumur-sumur yang letaknya diantara sumur-sumur yang telah ada, dengan tujuan untuk mengambil hidrokarbon dari area yang tidak terambil oleh sumur-sumur yang sebelumnya telah ada.
Kegiatan pengembangan lapangan dalam hal ini perencanaan penyebaran sumur pengembangan, dilakukan apabila evaluasi data yang diperoleh dari pemboran deliniasi menunjukkan bahwa akumulasi hidrokarbon yang ditemukan cukup prospek untuk diproduksikan.
Perencanaan letak dan jumlah sumur-sumur pengembangan dilakukan dengan tujuan untuk mengoptimalkan jumlah hidrokarbon yang dapat diproduksikan kepermukaan dengan jumlah sumur seminimal mungkin. Perencanaan letak sumur-sumur pengembangan harus memperhatikan jarak antar sumur, jenis reservoir, sifat fisik batuan dan kondisi fluida reservoir agar dapat memproduksikan cadangan hidrokarbon secara maksimal dan ekonomis, dimana semakin sedikit sumur produksi maka semakin kecil biaya yang dikeluarkan.