Wednesday, March 9, 2011

MIGAS

Hasil Output Proses Pengolahan Minyak Bumi


Proses pengolahan minyak bumi yang berupa lumpur hitam untuk menjadi minyak bumi dalam bentuk yang beraneka ragam seperti kerosin, bensin, bensol, bio pertamax, bio diesel, minyak tanah, solar, dan lain sebagainya membutuhkan proses produksi yang panjang. Hasil keluaran dapat bertingkat-tingat maupun hanya mengeluarkan satu hasil saja.
Penjelasan mengenai tehnik dan cara mengolah minyak bumi mentah menjadi matang dapat dilihat pada artikel lain di situs organisasi.org ini. Di sini kita akan menjelaskan lebih rinci mengenai hasil keluarannya, yaitu sebagai berikut di bawah ini :
1. BensolBensol adalah bahan bakar kapal terbang atau pesawat terbang.
2. Minyak DieselMinyak diesel adalah cairan yang digunakan untuk menjalanan mesin diesel / disel.
3. Minyak BakarMinyak bakar adalah bahan bakar yang dipakai untuk kapal laut dan untuk keperluan operasional industri.
4. Gas BakarGas bakar adalah gas yang berfungsi sebagai bahan bakar gas untuk kebutuhan hidup rumah tangga sehari-hari dan juga untuk keperluan bahan industri.
5. Kerosin atau alias Minyak TanahKerosin adalah bahan bakar cair untuk kebutuhan rumah tangga.
6. BensinBensin adalah cairan yang difungsikan untuk bahan bakar kendaraan bermotor seperti mobil dan motor.
7. Arang atau Batu AmpasArang adalah bahan bakar yang banyak dipakai untuk kebutuhan industri.
-----
Tambahan :
Hasil Proses pengolahan minyak bumi juga dapat menghasilkan keluaran lain yang dapat digunakan seperti sebagaimana berikut di bawah ini :
1. AspalAspal adalah salah satu material yang digunakan untuk membuat jalan raya.
2. Gas HidrokarbonHidrokarbon adalah bahan untuk memproduksi karet sistetis atau tiruan dari bahan dasar plastik
3. ParafinParafin adalah salah satu bahan yang dipakai untuk tutup botol, industri tenun menenun, korek api, korek api, lilin batik dan masih banyak lagi lainnya.


PENGEMBANGAN PROSES PRODUKSI SURFAKTAN UNTUK EOR (ENHANCED OIL RECOVERY) MELALUI SULFONASI METIL ESTER

Surfactant flooding merupakan salah satu metode dalam proses Enhanced Oil Recovery (EOR). Surfaktan yang telah banyak dimanfaatkan adalah surfaktan yang berbasis petroleum product. Dengan semakin tingginya harga minyak dunia dan perhatian dunia terhadap persoalan-persoalan lingkungan maka diperlukan surfaktan yang berbasis renewable resources, seperti Methyl Ester Sulfonate (MES).
Penelitian ini bertujuan untuk memproduksi surfaktan MES dari ester metil CPO dengan nilai IFT rendah. Pelaksanaan penelitian ini meliputi (i) proses produksi MES, yaitu sulfonasi ester metil dengan H2SO4, metanolisis dan netralisasi dengan larutan NaOH, (ii) penentuan kondisi optimum proses sulfonasi, (iii) pengujian kinerja MES di dalam core. Variasi yang digunakan pada penelitian ini adalah bahan baku, temperatur, dan lama sulfonasi.
MES dapat bekerja dengan baik di dalam core pada nilai IFT yang sangat kecil dan konsentrasi yang tinggi. Konsentrasi MES tinggi bila perolehannya pada sulfonasi ME besar. Pada temperatur dan lama sulfonasi yang sama, MES dari ME 28 memiliki kualitas yang lebih bagus daripada MES dari ME 60. Untuk ME yang sama (ME 60), perolehan yang besar terjadi pada temperatur reaksi yang paling tinggi dari variasi yang digunakan, yaitu 90 derajat C. Sulfonasi terjadi secara optimum pada waktu sulfonasi 1 jam.

KILANG MINYAK

KAMU sidah mengenal jenis-jenis bahan bakar kan? (buka lagi artikelnya disini), ada Bensin, solar, minyak tanah, dan sebagainya. Dari manakah mereka semua itu berasal? Bagaimana cara mengolahnya?
Minyak bumi, adalah cairan kental yang didapat dari perut bumi yang kemudian di ”olah” menjadi bensin, solar, lilin, oli, dan sebagainya, melalui proses destilasi atau penyulingan bertingkat.
Pabrik ”minyak mentah” ini disebut KILANG MINYAK. Di Indonesia terdapat 7 kilang minyak milik PERTAMINA yaitu : Unit Pengolahan Dumai (Riau), Plaju (Palembang), Cilacap (Jawa Barat), Balikpapan (Kalimantan Timur), Balongan (Jawa Barat), Sorong (Papua Barat), Cepu (Jawa Tengah).
Di dalam kilang minyak proses utama yang terjadi adalah destilasi atau penyulingan. Pencelasan mudahnya adalah seperti jika kamu merebus air, tentu ada uap air yang menempel pada tutup panci, nah air dari uap itu adalah hasil destilasi.
Minyak mentah ”direbus” dalam tangki tinggi bertingkat, lalu di setiap tingkat ”uap” munyak itu mengembun dan menjadi ”produk minyak” sesuai dengan tingkatannya.
Setelah keluar minyak dari masing-masing tingkatan, proses selanjutnya adalah mencampur dengan bahan aditif sesuai dengan yang diinginkan.
Jadi semua bahan bakar yang kamu sebut itu ternyata berasal dari satu sumber ya, dan prosesnya bertingkat, dan oh ya kilang minyak itu merupakan ”pabrik” yang sangat lengkap dan prosesnya rumit, sehingga biaya pembuatan dan pengoperasiannya sangat mahal. Yuk jalan-jalan ke kilang minyak.***


Mengenal Perforasi dalam Sumur

Perforasi (perforating) adalah proses pelubangan dinding sumur (casing dan lapisan semen) sehingga sumur dapat berkomunikasi dengan formasi. Minyak atau gas bumi dapat mengalir ke dalam sumur melalui lubang perforasi ini.
Perforating gun yang berisi beberapa shaped-charges diturunkan ke dalam sumur sampai ke kedalaman formasi yang dituju. Shaped-charges ini kemudian diledakan dan menghasilkan semacam semburan jet campuran fluida cair dan gas dari bahan metal bertekanan tinggi (jutaan psi) dan kecepatan tinggi (7000m/s) yang mampu menembus casing baja dan lapisan semen. Semua proses ini terjadi dalam waktu yang sangat singkat (17s).
Perforasi dapat dilakukan secara elektrikal dengan menggunakan peralatan logging atau juga secara mekanikal lewat tubing (TCP-Tubing Conveyed Perforations).

Sumbangan Teknik Remote Sensing untuk Melacak Lokasi Minyak dan Gas Bumi


Bumi memiliki permukaan dan variabel yang sangat kompleks. Relief topografi bumi dan komposisi materialnya menggambarkan bebatuan pada mantel bumi dan material lain pada permukaan dan juga menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan. Masing-masing tipe bebatuan, patahan di muka bumi atau pengaruh-pengaruh gerakan kerak bumi serta erosi dan pergeseran-pergeseran muka bumi menunjukkan perjalanan proses hingga membangun muka bumi seperti saat ini. Proses ini dapat difahami melalui disiplin ilmu geo-morfologi.
Eksplorasi sumber daya mineral merupakan salah satu aktifitas pemetaan geologi yang penting. Pemetaan geologi sendiri mencakup identifikasi pembentukan lahan (landform), tipe bebatuan, struktur bebatuan (lipatan dan patahannya) dan gambaran unit geologi. Saat ini hampir seluruh deposit mineral di permukaan dan dekat permukaan bumi telah ditemukan. Karenanya pencarian sekarang dilakukan pada lokasi deposit jauh di bawah permukaan bumi atau pada daerah-daerah yang sulit dijangkau. Metode geo-fisika dengan kemampuan penetrasi ke dalam permukaan bumi secara umum diperlukan dalam memastikan keberadaan deposit ini ËÎinyak bumi dan gas dalam pembicaraan kita-. Akan tetapi informasi awal tentang kawasan berpotensi untuk eksplorasi mineral lebih banyak dapat diperoleh melalui interpretasi ciri-ciri khusus permukaan bumi pada foto udara atau citra satelit.
Belakangan analisa menggunakan citra satelit lebih banyak dilakukan daripada foto udara, karena citra satelit memiliki beberapa nilai lebih, seperti:
1. mencakup area yang lebih luas, sehingga memungkinkan dilakukan analisa dalam skala regional, yang seringkali menguntungkan untuk memperoleh gambaran geologis area tersebut;
2. memiliki kemungkinan penerapan sensor pendeteksi multi-spektral dan bahkan hiper-spektral yang nilainya dituangkan secara kuantitatif (disebut derajat keabuan atau Digital Number dalam remote sensing), sehingga memungkinan aplikasi otomatis pada komputer untuk memahami dan mengurai karakteristik material yang diamati;
3. memungkinkan pemanfaatkan berbagai jenis data, seperti data sensor optik dan sensor radar, serta juga kombinasi data lain seperti data elevasi permukaan bumi, data geologi, jenis tanah dan lain-lain, sehingga dapat ditentukan solusi baru dalam menentukan antar-hubungan berbagai sifat dan fenomena pada permukaan bumi.
Tulisan singkat ini akan mengupas bagaimana minyak dan gas bumi tersimpan di perut bumi, bagaimana hubungan lokasi tersimpannya mineral ini dengan struktur bebatuan di dalamnya. Proses rangkaian eksplorasi dijelaskan secara umum. Kemudian untuk menjelaskan potensi teknik remote sensing dalam menemukan lokasi tersebut, akan dijelaskan tentang fungsi pemetaan geologi dan hubungannya dengan pendugaan struktur bebatuan di bawah permukaan bumi, tempat yang memungkinkan ditemukannya minyak dan gas bumi.
Proses Pembentukan
Minyak dan gas dihasilkan dari pembusukan organisma, kebanyakannya tumbuhan laut (terutama ganggang dan tumbuhan sejenis) dan juga binatang kecil seperti ikan, yang terkubur dalam lumpur yang berubah menjadi bebatuan. Proses pemanasan dan tekanan di lapisan-lapisan bumi membantu proses terjadinya minyak dan gas bumi. Cairan dan gas yang membusuk berpindah dari lokasi awal dan terperangkap pada struktur tertentu. Lokasi awalnya sendiri telah mengeras, setelah lumpur itu berubah menjadi bebatuan.
Minyak dan gas berpindah dari lokasi yang lebih dalam menuju bebatuan yang cocok. Tempat ini biasanya berupa bebatuan-pasir yang berporos (berlubang-lubang kecil) atau juga batu kapur dan patahan yang terbentuk dari aktifitas gunung berapi bisa berpeluang menyimpan minyak. Yang paling penting adalah bebatuan tempat tersimpannya minyak ini, paling tidak bagian atasnya, tertutup lapisan bebatuan kedap. Minyak dan gas ini biasanya berada dalam tekanan dan akan keluar ke permukaan bumi, apakah dikarenakan pergerakan alami sebagian lapisan permukaan bumi atau dengan penetrasi pengeboran. Bila tekanan cukup tinggi, maka minyak dan gas akan keluar ke permukaan dengan sendirinya, tetapi jika tekanan tak cukup maka diperlukan pompa untuk mengeluarkannya.
Proses Eksplorasi: Pemetaan Lineaments, Lithologic dan Geo-botanic
Eksplorasi sumber minyak dimulai dengan pencarian karakteristik pada permukaan bumi yang menggambarkan lokasi deposit. Pemetaan kondisi permukaan bumi diawali dengan pemetaan umum (reconnaissance), dan apabila ada indikasi tersimpannya mineral, dimulailah pemetaan detil. Kedua pemetaan ini membutuhkan kerja validasi lapangan, akan tetapi kerja pemetaan ini sering lebih mudah jika dibantu foto udara atau citra satelit. Setelah proses pemetaan, kerja eksplorasi lebih intensif pada metoda-metoda geo-fisika, terutama seismik, yang dapat memetakan konstruksi bawah permukaan bumi secara 3-dimensi untuk menemukan lokasi deposit secara tepat. Kemudian dilakukan uji pengeboran.
Sumbangan teknik remote sensing terutama diberikan pada proses pemetaan, yaitu pemetaan lineaments, jenis bebatuan di permukaan bumi dan jenis tetumbuhan.
Eksplorasi minyak dan gas bumi selalu bergantung pada peta permukaan bumi dan peta jenis-jenis bebatuan serta struktur-struktur yang memberi petunjuk akan kondisi di bawah permukaan bumi dengan yang cocok untuk terjadinya akumulasi minyak dan gas. Remote sensing berpotensi dalam penentuan lokasi deposit mineral ini melalui pemetaan lineaments. Lineaments adalah penampakan garis dalam skala regional sebagai akibat sifat geo-morfologis seperti alur air, lereng, garis pegunungan, dan sifat menonjol lain yang menampak dalam bentuk zona-zona patahan. Dengan menggunakan citra satelit gambaran keruangan alur air misalnya dapat dilihat dalam skala luas, sehingga kemungkinan mencari relasi keruangan untuk lokasi deposit mineral lebih besar.
Pemetaan lineament walaupun dapat dilakukan secara monoskopik (menggunakan satu citra), tetapi akan lebih produktif jika digabungkan dengan pemetaan lithologic atau pemetaan unit-unit bebatuan yang dilakukan secara stereoskopik (yang dapat mendeteksi ketinggian, karena dilakukan pada dua buah citra stereo). Kalangan ahli geologi meyakini bahwa refleksi gelombang elektromagnetik pada kisaran 1,6 sampai 2,2 mikrometer (=10-6 meter) atau pada spektrum pertengahan infra-merah (1,3 ¡¦3,0 mikrometer) sangat cocok untuk eksplorasi mineral dan pemetaan lithologic. Keberhasilan pemetaan ini bergantung pada bentuk topografi dan karakteristik spektral sebagaimana diamati citra satelit. Untuk kawasan yang dipenuhi tumbuhan, mesti dilakukan pendekatan geo-botanic, yaitu pengetahuan tentang hubungan antara jenis tetumbuhan dengan kebutuhan nutrisi serta air pada tanah tempat tumbuhan ini tumbuh. Dengan demikian distribusi tetumbuhan pun dapat menjadi indikator dalam mendeteksi komposisi tanah dan material bebatuan di bawahnya.
Interpretasi citra dalam menemukan garis-garis patahan geologis memang membutuhkan keahlian tersendiri. Jika hanya mengandalkan lineaments, maka beberapa riset menunjukkan cukup banyak perbedaan interpretasi. Karenannya data garis ini dikorelasikan dengan karakteristik lain yang tertangkap sensor remote sensing, yaitu jenis bebatuan, yang merupakan cerminan mineralisasi permukaan bumi. Studi tentang jenis bebatuan dan respon spektral sangat membantu pencarian permukaan di mana deposit mineral tersimpan.



http://www.kamusilmiah.com/geologi/sumbangan-teknik-remote-sensing-untuk-melacak-lokasi-minyak-dan-gas-bumi/

Seismologi dan Seismic Drilling

Departemen seismologist bertanggung jawab melakukan pengeboran lubang shot point dan melakukan penanaman bahan peledak dengan baik.Drilling dilakukan sebelum perekaman dilaksanakan. Selama operasi drilling dilakukan pengeboran pada titik tembak dengan toleransi kedalaman yang telah ditentukan oleh rekanan. Setelah itu lubang diisi dengan bahan peledak, kemudian tamping. Hasil dari drilling dilapangan adalah lubang siap tembak. Output dari drilling yang lain adalah berupa data kedalaman pengisian bahan peledak, dan banyaknya bahan peledak yang digunakan pada setiap lubang. Selain itu drilling juga harus memberikan data shot point yang di offset atau di kompensasi.Litologi sangat berpengaruh pada produktifitas pengeboran. Pada litologi yang keras produktifitas pengeboran akan mengecil. Hambatan lain yang sering ditemukan adalah pada daerah berpasir yang dapat menyebabkan pipa bor terjepit. Pada areal koral sering terjadi lubang runtuh ketika pipa bor dicabut. Pengeboran juga akan terhambat pada daerah yang sulit ditemukan air.

Peralatan Seismic Drilling

Peralatan yang digunakan oleh seismic drilling diantaranya adalah:

A. Mesin Power RigAdalah mesin pemutar bor yang digunakan pada pemboran. Mesin ini sesuai untuk melakukan pengeboran dengan kedalaman 22 sampai 30 m. Membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak. Dapat menembus batuan lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan rotari.

B. Mesin Dephi PumpAlat ini berfungsi untuk menyedot air dan mengalirkannya ke lokasi pengeboran.

C. Mesin Mud PumpMud Pump berfungsi untuk menyedot air yang bercampur dengan cutting pemboran dan mengalirkannya menuju pipa bor. Lumpur ini berfungsi untuk menekan tanah agar gembur, mengangkat cutting hasil pengeboran dan melindungi mata bor agar tidak bergesekan langsung dengan batuan. Jika lubang bor sangat dalam, maka mesin mud pump dapat dirangkai secara seri untuk memperbesar tekanan.

D. King SwivelAlat ini digunakan untuk menyambung selang dari mud pump ke pipa bor. King swivel tidak dilakukan pada pengeboran dengan menggunakan power rig dan Jackro. King swivel digunakan pada pengeboran dengan metode flushing.

E. Pipa BorPipa bor berguna untuk mengalirkan air atau lumpur ke dalam lubang bor selama pengeboran. Pipa bor memiliki panjang 1,5 m dengan persambungan pada kedua ujungnya.

F. Mata BorMata bor berguna untuk mengikis tanah atau batuan pada lubang bor. Pada mata bor terdapat lubang untuk mengalirkan air atau lumpur.

G. TripusTripus adalah mata bor khusus yang terbuat dari intan kasar. Mata bor ini digunakan untuk menghancurkan batuan keras, tetapi tidak bisa bekerja pada batuan halus atau tanah lembut.

H. Kunci InggrisAlat ini digunakan untuk menyambung dan melepaskan pipa bor. Selain itu juga difungsikan untuk mengangkat dan melepaskan pipa bor.

I. Fire HoseFire Hose adalah selang air yang digunakan untuk mengalirkan air ke tempat pengeboran.

J. PolimerPolimer digunakan untuk menghindari terjadinya keruntuhan pada dinding lubang bor. Cairan ini digunakan dengan cara mencmpurkannya dengan air atau lumpur yang akan dimasukkan ke dalam pipa bor. Cairan ini sangat dibutuhkan terutama pada tanah yang berpasir.

K. GinagolAlat ini digunakan untuk menyaring air atau lumpur yang akan dimasukkan ke dalam pipa bor.

L. LastokAlat ini berupa pipa yang digunakan untuk memasukkan bahan peledak ke dalam lubang pengeboran. Lastok terbuat dari bahan alumunium untuk menghindari timbulnya api, yang dapat menyulut bahan peledak, akibat gesekan.

M. Dummie LoadDummie load berfungsi untuk memeriksa kebersihan dan kedalaman lubang bor. Dummie load memiliki bentuk silinder panjang yang memiliki diameter hanya sedikit lebih kecil dari pada diameter lubang bor.

N. Daya GelDaya Gel adalah salah satu jenis bahan peledak yang berbentuk gel. Daya Gel berbentuk batang dengan panjang 0,25 m, diameter 3 inci, dan berat 0,5 kg. Daya Gel dikemas dalam plastik dan diberikan lapisan lilin agar terlindungi dari air. Daya Gel merupakan bahan peledak pasif karena membutuhkan stimulant dari detotator agar dapat meledak.

O. DetonatorDetonator adalah bahan peledak aktif yang berfungsi sebagai sumbu ledak. Detonator dapat meledak apabila diberikan tegangan di atas 6 volt. Proses peledakannya adalah sebagai berikut:- Detonator dimasukkan ke dalam Daya Gel- Kabel detonator diberikan arus listrik- Detonator meladak akibat arus listrik tersebut- Daya Gel meledak karena dipicu oleh ledakan detonator

P. Speedy LoaderSpeedy loader berupa plastik berbentuk kerucut yang dipasang bersama Daya Gel dan detonator. Speedy loader berbentuk kerucut di pasang di bagian depan Daya Gel yang berfungsi untuk mempermudah bahan peledak untuk dimasukkan ke dalam lubang bor.

Q. O RingO Ring adalah cincin besar yang terbuat dari plastik untuk mengikat kabel detonator. Fungsinya adalah untuk mempermudah dalam mengambil kabel detonator yang ditanam di dalam lubang bor.

R. AnchorAncor adalah besi yang dipasang di bagian luar bahan peledak yang berfungsi untuk menahan bahan peledak agar tidak terdorong kelaur lubang bor.


Proses Data Seismik


Data yang telah didapatkan dari hasil akuisisi akan diproses sehingga meningkatkan daya resolusi secara vertikal maupun horisontal yang dapat menghasilkan keadaan bawah permukaan yang sesungguhnya yaitu berupa migrated time section yang mudah untuk diinterpretasikan oleh para interpreter untuk mencapai hasil yang maksimum pada saat ekploitasi.


Teridentifikasi 20 Cekungan Minyak Baru

Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) berhasil mengidentifikasi sebanyak 20 cekungan minyak bumi dan gas baru di beberapa kawasan Indonesia.
Sekertaris Jenderal IAGI Ridwan Djamaluddin, kemarin, mengatakan potensi minyak bumi dan gas di kawasan Timur Indonesia dan laut lepas Indonesia Timur tersebut berdasarkan hasil pemutakhiran data cekungan yang dilakukannya sejak April. "Untuk memastikan, adanya potensi minyak bumi dan gas, antara lain di kawasan timur Indonesia perlu dilakukan eksplorasi oleh lembaga (pemerintah) terkait," ujar Ridwan. Seperti yang dikutip media Indonesia.
Sebenarnya pada 1985 lalu, jelasnya, sudah ditemukan sekitar 87 cekungan migas, namun sebagian besar belum dieksplorasi. "Peta cekungan migas terakhir yang dijadikan acuan oleh perusahaan-perusahaan adalah peta yang dirilis tahun 1985, dan belum ada lagi updating," tuturnya.
Menurut Ridwan, sudah waktunya peta cekungan lama tersebut diperbarui mengingat Indonesia masih memiliki sejumlah cekungan yang mengandung potensi migas yang sebelumnya belum pernah terpublikasikan. Dia mengungkapkan, peta baru ini merupakan hasil kerja sekitar 20 ahli geologis yang merupakan anggota IAGI.
"Peta (pemutakhiran) baru ini berhasil diselesaikan dalam waktu lima bulan. Sama seperti peta sebelumnya, peta cekungan migas baru ini akan digunakan oleh pemerintah dan perusahaan sebelum melakukan eksplorasi migas. Hasil pemutakhiran peta terbaru ini bisa mengubah kebijakan pemerintah terkait dengan minyak dan gas," papar Ridwan.
Sementara itu Ketua IAGI Jawa Barat dan Banten Lambok Hutasoit, mengatakan hambatan untuk melakukan eksplorasi, di antaranya otonomi daerah. "Secara administratif, lokasi cekungan berada di antara dua daerah sehingga berdampak terhadap kelancaran eksplorasi," jelasnya. (IP/Zul)